![]() |
Kepala Sekolah SDIT GAMEEL AKHLAQ |
Sudah
menjadi rahasia umum bahwa istilah ganti menteri ganti kebijakan, begitu juga
yang terjadi beberapa waktu lalu yang sedang hangat diperbincangkan tentang
wacana pemberlakuan full day school oleh menteri pendidikan dan kebudayaan Muhadjir
Effendy. Dalam salah satu situs berita beliau mengatakan bahwa konsep Full Day
School atau sekolah seharian sudah diterapkan di beberapa negara. Menurut dia,
salah satu negara yang sukses menerapkan konsep tersebut adalah Finlandia (
baca https://m.tempo.co/read/news/2016/08/09/079794547/full-day-school-menteri-muhadjir-ingin-seperti-finlandia
).
Konsep
Full Day School yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan walaupun
masih membutuhkan proses pengkajian yang
panjang, menuai pro dan kontra. Baik oleh praktisi pendidikan, psikolog dan
orang tua. Walaupun akhirnya beliau Bapak Menteri membatalkan gagasan Full Day
School pada hari selasa 9 Agustus 2016 ( baca http://m.tempo.co/read/news/2016/08/09/0797945531/menteri-muhadjir-rencana-sekolah-sehari-penuh-dibatalkan
)
Sebenarnya
konsep Full Day School di Indonesia sudah lama ada dan dipelopori oleh Sekolah
Islam Terpadu sejak puluhan tahun yang lalu. Beberapa yang kontra pada acara
Talk Show yang ada di salah satu stasiun tv nasional mengatakan bahwa dengan
diberlakukan Full Day School kapan anak saya akan istirahat!. Ada juga yang
mengatakan bahwa dengan diberlakukan konsep Full Day School maka akan
mengurangi waktu bermain yang menjadi hak anak.
Konsep
Full Day School yang sudah diterapkan puluhan tahun oleh Sekolah Islam Terpadu sangat
jauh dari anggapan miring para orang tua
atau praktisi pendidikan. Karena Full Day School yang diterapkan oleh Sekolah Islam Terpadu adalah bagaimana
menghasilkan product peserta didik yang memiliki outcome jangka pendek, jangka
menengah dan impact jangka panjang. Salah satu impact jangka panjang adalah
mencetak generasi yang memiliki Awareness (kesadaran), Knowledge
(pengetahuan),Attitudes (sikap),Skill (keterampilan) yang berkesinambungan dan
terus menerus. Dan inilah yang akan berproses membentuk konsep diri pada anak.
Full
Day School bukan berarti hanya belajar seharian di kelas. Full Day School yang
digagas oleh Sekolah Islam Terpadu memiliki prosentase 60 % pembentukan
karakter yang melahirkan konsep diri anak, dan 40 % pembelajaran akademis. Salah
satu pembentukan karakter yang digagas oleh Sekolah Islam Terpadu GAMEEL AKHLAQ
adalah membiasakan sholat duha, sholat dzuhur dan Asar di sekolah, dzikir,
Muhadoroh, tadarus Al – Qur’an, mengantri saat mengambil makanan, mencuci
piring, membersihkan sisa makanan, Market Day dan lain – lain. Kegiatan seperti
ini dilakukan dengan suasana menyenangkan dan penuh ketauladanan dalam rangka
pembentukan karakter.
Anak
– anak kita membutuhkan ruang ekspresi dan ruang gerak yang banyak. Jika anak –
anak kita pulang sekolah jam 10 - 12 siang ( bagi SD ) dan pulang jam 13.00 – 14.00 ( bagi SMP
), kemanakah sisa waktu yang mereka akan habiskan?...ke warnet, ke play Station
atau menghabiskan waktunya dengan bermain gadget yang bisa mengakses semua
situs – situs merusak generasi anak – anak kita.
Di
jaman era Digital seperti sekarang ini menjadi tantangan besar para orang tua
untuk dapat mengarahkan dan mendampingi anak – anaknya memiliki karakter
positif sesuai dengan yang diharapkan. Apalagi orang tua yang memiliki
kesibukan dalam bekerja. Anak – anak kita memang butuh sosok ayah dan ibunya
yang bisa mengarahkan mereka. Tapi pada kenyataannya kesibukan orang tua yang
hidup di kota memiliki sedikit waktu untuk mendampingi anak – anaknya. Atau
jika orang tua yang berada di pedesaan yang memiliki banyak waktu untuk anak –
anaknya tetapi belum tau pentingnya mendidik anak di rumah. Maka yang terjadi
adalah anak – anak kita yang menjadi korban perusakan moral di era digital saat
ini.
So…hingga
saat ini pilihan Full Day School menjadi solusi alternatif pertama bagi anak –
anak kita.